ZIARAH
CERPEN HERNI FAUZIAH
Malam ini langit tak cerah, suara gemuruh sesekali terdengar. Udara dingin mulai menyelusup ke setiap pori-poriku. Aku terus saja menatap ke ujung jalan, sambil sesekali merapatkan jaket suamiku ke tubuhku yang mulai kedinginan.
Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. suara kendaraaan yang melewati depan rumahku terdengar sekali-sekali. Tiba-tiba rasa khawatir mulai menyergap pikiranku. Ah, barangkali di perjalanan pulang ia kehujanan, mungkin ia sedang berteduh, demikian aku mencoba menghibur diri.
Ku tutup pintu dengan perlahan, kembali aku ke kamar. Kubaringkan tubuhku di samping putri kecilku yang tertidur lelap. Kucium lembut pipinya yang hangat, sekejap kemudian ia pun menggeliat, seakan-akan tahu aku baru saja menyentuhnya. Perlahan kupanjatkan doa untuk keselamatan suamiku menuju pulang.
Tanpa kusadari aku tertidur pulas. Ketika tersentak betapa terperanjatnya aku, jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Hujan benar-benar sudah turun. Kecemasanku semakin tak terkuasai lagi. Berkali-kali telepon genggamku kulihat, apakah ada panggilan tak terjawab atau sms dari suamiku. Namun harapanku terbentur batu karang. Kucoba untuk menghubunginya, demikian juga, selalu di luar jangkauan.
Rasa cemasku mulai berganti dengan amarah. Ingin aku keluar rumah untuk menyusulnya. Hujan begitu deras. Tak mungkin aku pergi meninggalkan putriku seorang diri. Rasa amarah membuatku kehilangan konsentrasi. Suara kendaraan yang melintas pun sudah tak terdengar lagi. Tetes-tetes hujan dari cucuran atap seakan ikut membasahi jiwaku, meluap.
Mataku tak mau lagi terpejam, tak kuhiraukan lagi ketika suara putriku menangis, barangkali dia pipis atau kehausan. Aku terpaku kaku menahan gejolak yang sedang merajai hatiku. Air mata sama basahnya dengan hujan di luar sana, pikirku. Kubiarkan airmata ini membasahi seluruh tubuhku. Berharap, bila ia pulang nanti ia tahu betapa aku sangat kecewa atas sikapnya malam ini.
Tak berapa lama suara ayam berkokok mulai terdengar. Namun tanda-tanda suamiku pulang tidak ada sama sekali. Suara senandung pengajian pun sudah berganti dengan suara azan. Aku istighfar. Apa yang kulakukan? Ya Allah ampunilah aku.
Kamis, 31 Maret 2011
Rabu, 30 Maret 2011
Sebuah cerpen Dampak Lingkungan
SELAMAT JALAN SAYANG
Sebuah Cerpen tentang Dampak Lingkungan Karya: Herni Fuaziah
Guru SMK Negeri 8 Medan
Hujan deras akhir-akhir ini menjadi suatu hal yang biasa saja. Tidak terpikir sama sekali oleh ku ketika hujan tiga hari berturut-turut akan menimbulkan bencana yang luar biasa. Tengah malam suara guruh bersahut-sahutan tiada berhenti.
Suara hiruk pikuk tiba-tiba terdengar tak jelas. Namun tiba-tiba
“Banjir! Banjir!Banjir!”.
Aku tidak punya firasat apa-apa.
“ Ah, paling-paling sebentar lagi hujan berhenti, banjir tidak mungkin sampai ke rumahku”.
Karena lampu padam maka kuhidupkan lampu teplok beberapa. Anak-anak kusuruh tidur saja.
Biarlah malam ini mereka tidak usah belajar. Toh besok hari Minggu, pikirku.
Selesai shalat Isya, aku berbaring di samping mas Hari, sempat aku bercerita tentang hujan yang tidak pernah berhenti ini. Keluhanku tentang kain-kain cucian yang tidak kering-kering. Saat itu mas Hari bilang,
“ Kamu cuma mikir diri sendiri aja “,
“ Pikirkan para petani, kalau hujan terus-terus begini, tanaman cabe, tomat, sayuran bahkan padi bisa busuk dan gagal panen”.
Aku terdiam. Apalagi kata mas Hari, cuaca tak bermusim itu pertanda pasti ada terjadi ketidak seimbangan alam.
Terbayang olehku seminggu yang melintas di desaku lima unit truk yang membawa kayu gelondongan dari hulu desa. Truk-truk tersebut bukan sekali itu saja melintas, tapi sudah merupakan route perjalanan usaha perkayuan.
“ Oh, pasti sudah terjadi penggundulan hutan di gunung yang memang tak jauh lokasinya dari desa tempat tinggal kami.”
Sebuah Cerpen tentang Dampak Lingkungan Karya: Herni Fuaziah
Guru SMK Negeri 8 Medan
Hujan deras akhir-akhir ini menjadi suatu hal yang biasa saja. Tidak terpikir sama sekali oleh ku ketika hujan tiga hari berturut-turut akan menimbulkan bencana yang luar biasa. Tengah malam suara guruh bersahut-sahutan tiada berhenti.
Suara hiruk pikuk tiba-tiba terdengar tak jelas. Namun tiba-tiba
“Banjir! Banjir!Banjir!”.
Aku tidak punya firasat apa-apa.
“ Ah, paling-paling sebentar lagi hujan berhenti, banjir tidak mungkin sampai ke rumahku”.
Karena lampu padam maka kuhidupkan lampu teplok beberapa. Anak-anak kusuruh tidur saja.
Biarlah malam ini mereka tidak usah belajar. Toh besok hari Minggu, pikirku.
Selesai shalat Isya, aku berbaring di samping mas Hari, sempat aku bercerita tentang hujan yang tidak pernah berhenti ini. Keluhanku tentang kain-kain cucian yang tidak kering-kering. Saat itu mas Hari bilang,
“ Kamu cuma mikir diri sendiri aja “,
“ Pikirkan para petani, kalau hujan terus-terus begini, tanaman cabe, tomat, sayuran bahkan padi bisa busuk dan gagal panen”.
Aku terdiam. Apalagi kata mas Hari, cuaca tak bermusim itu pertanda pasti ada terjadi ketidak seimbangan alam.
Terbayang olehku seminggu yang melintas di desaku lima unit truk yang membawa kayu gelondongan dari hulu desa. Truk-truk tersebut bukan sekali itu saja melintas, tapi sudah merupakan route perjalanan usaha perkayuan.
“ Oh, pasti sudah terjadi penggundulan hutan di gunung yang memang tak jauh lokasinya dari desa tempat tinggal kami.”
Sebuah Artikel
Artikel
DANAU TOBA DALAM KENANGAN (SUATU KETIKA)
OLEH : HERNI FAUZIAH, S.Pd
GURU SMK NEGERI 8 MEDAN
Danau Toba sebuah bukti peristiwa alam yang terjadi lebih kurang 750 tahun yang lalu akibat terjadinya gempa vulkanik dengan letusan yang supervol super yang paling baru. Gempa vulkanik yang terjadi di pulau Sumatera itu mengakibatkan debu vulkanik tertiup angin sampai ke Barat selama 2 minggu. Debu vulkanik yang ditiup angin dari Cina sampai ke Afrika Selatan. Letusannya terjadi sampai 1 minggu dan lontaran debunya mencapai 100 km di atas permukaan laut. Demikian menurut Bill Rose dan Craing Chesner dari Micligan Technological University.
Kejadian ini mengakibatkan kematian massal dan beberapa spesies juga ikut mengalami kepunahan. Menurut beberapa bukti DNA letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia bumi saat itu yaitu sekitar 60 juta manusia. Letusan ini juga ikut menyebabkan terjadinya zaman es, walaupun hal ini masih menjadi perdebatan para ahli.
Setelah letusan itu, terbentuk kaldera yang kemudian terisi oleh air dan sekarang dikenal dengan Danau Toba. Tekanan ke atas oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau Samosir. Pemandangan Danau Toba terkenal sampai ke seluruh dunia, sampai sekarang pun tak sedikit orang ingin menyaksikannya dari dekat.
Kini kondisi Danau Toba sangat memprihatinkan, pemandangan yang indah dan permai terganggu oleh pencemaran dan tanaman gulma seperti enceng gondok dan tumbuhan Hydrilla. Luasnya permukaan danau sekarang terlihat berkurang karena tertutup oleh tanaman gulma ini.
Pencemaran air ini disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
• Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi
• Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem
DANAU TOBA DALAM KENANGAN (SUATU KETIKA)
OLEH : HERNI FAUZIAH, S.Pd
GURU SMK NEGERI 8 MEDAN
Danau Toba sebuah bukti peristiwa alam yang terjadi lebih kurang 750 tahun yang lalu akibat terjadinya gempa vulkanik dengan letusan yang supervol super yang paling baru. Gempa vulkanik yang terjadi di pulau Sumatera itu mengakibatkan debu vulkanik tertiup angin sampai ke Barat selama 2 minggu. Debu vulkanik yang ditiup angin dari Cina sampai ke Afrika Selatan. Letusannya terjadi sampai 1 minggu dan lontaran debunya mencapai 100 km di atas permukaan laut. Demikian menurut Bill Rose dan Craing Chesner dari Micligan Technological University.
Kejadian ini mengakibatkan kematian massal dan beberapa spesies juga ikut mengalami kepunahan. Menurut beberapa bukti DNA letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia bumi saat itu yaitu sekitar 60 juta manusia. Letusan ini juga ikut menyebabkan terjadinya zaman es, walaupun hal ini masih menjadi perdebatan para ahli.
Setelah letusan itu, terbentuk kaldera yang kemudian terisi oleh air dan sekarang dikenal dengan Danau Toba. Tekanan ke atas oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau Samosir. Pemandangan Danau Toba terkenal sampai ke seluruh dunia, sampai sekarang pun tak sedikit orang ingin menyaksikannya dari dekat.
Kini kondisi Danau Toba sangat memprihatinkan, pemandangan yang indah dan permai terganggu oleh pencemaran dan tanaman gulma seperti enceng gondok dan tumbuhan Hydrilla. Luasnya permukaan danau sekarang terlihat berkurang karena tertutup oleh tanaman gulma ini.
Pencemaran air ini disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
• Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi
• Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem
Renungan Serlo Ni
Ketulusan membutuhkan suatu perjuangan dalam diri, bagaimana kita mengalahkan ego, kesombongan, kepentingan, nafsu, dan barangkali kebodohan.
Kita harus dengan sadar, merelakan kesempatan yang barangkali bukan milik kita kali ini, mengakui keunggulan atau kelebihan orang lain, menahan diri untuk tetap terkendali, berbagi dengan orang yang sedang membutuhkan meski kita dalam keterbatasan, belajar terus dalam upaya mengembangkan diri karena sadar itu juga bagian dari iman, berbuat baik dengan ( anak, keluarga, tetangga, orang di sekitar yang kenal atau tak dikenal, murid, teman, lingkungan dan alam ), dan barangkali yang terakhir adalah tanpa pamrih.
Kita harus dengan sadar, merelakan kesempatan yang barangkali bukan milik kita kali ini, mengakui keunggulan atau kelebihan orang lain, menahan diri untuk tetap terkendali, berbagi dengan orang yang sedang membutuhkan meski kita dalam keterbatasan, belajar terus dalam upaya mengembangkan diri karena sadar itu juga bagian dari iman, berbuat baik dengan ( anak, keluarga, tetangga, orang di sekitar yang kenal atau tak dikenal, murid, teman, lingkungan dan alam ), dan barangkali yang terakhir adalah tanpa pamrih.
Selasa, 29 Maret 2011
cerpen
Kakek tua buta
Karya : Na
Kulihat
Kakek tua menangis di atas peti
Yang akan membawanya nanti
Bersama sebercak putih di bola mata
Ia terus berorasi
Di atas peti
Hanya aku yang menatapi
Kudengar
Birunya laut, hijaunya darat, dan udara tanpa warna
Menjejak kaki di segala arah
Tanpa sebercak putih di gedungnya
Menguasai areanya
Kurasakan
Laut, darat, bahkan udara
Buta akan dunia
Tak ingat peti-peti mati
Yang membawa kakek tua abadi
Dan terus meratapi
Dengan kebutaannya yang telah menghantui
Bila ku terjaga
Karya : Na
Bilaku terjaga
Tetap buatku bermimpi
Menjalani segala ironi
Dalam mimpi yang harum mewangi
Bila ku terjaga
Jangan buatku bermimpi lagi
Ku tak mampu menghadapi
Mimpi-mimpi
Yang buatku terjaga kembali
Bila ku terjaga
Yakinkan aku
Bahwa ku kini
Berada di alam mimpi
Dan terjaga lagi
Melihat dunia yang belum terjaga
Dari mimpi-mimpi abadi
Yang akan terus bertahan
Hingga mentari mati
Walaupun dunia
Belum terjaga seperti diriku yang hina ini
Mimpi yang tak pernah ada
Karya : Na
Tak usah kau beri kami janji-janji lagi
Tak usah kau beri kami mimpi-mimpi lagi
Tak usah kau beri kami harapan-harapan lagi
Kau selalu beri kami harapan
Yang tak pernah berwujud kenyataan
Kau selalu beri kami mimpi
Yang tak pernah kau buat berarti
Kau pun selalu beri kami janji
Yang tak pernah kau tepati
Manusia penghuni gubuk rapuh
Karya : Na
Duniaku yang tlah lalu
Terasa hilang selalu
Dia mengambil hakku
Tuk nikmati dunia dengan jerih payahku
Mereka selalu begitu
Tertawa menatap kami
Manusia penghuni gubuk rapuh
Karya : Na
Kulihat
Kakek tua menangis di atas peti
Yang akan membawanya nanti
Bersama sebercak putih di bola mata
Ia terus berorasi
Di atas peti
Hanya aku yang menatapi
Kudengar
Birunya laut, hijaunya darat, dan udara tanpa warna
Menjejak kaki di segala arah
Tanpa sebercak putih di gedungnya
Menguasai areanya
Kurasakan
Laut, darat, bahkan udara
Buta akan dunia
Tak ingat peti-peti mati
Yang membawa kakek tua abadi
Dan terus meratapi
Dengan kebutaannya yang telah menghantui
Bila ku terjaga
Karya : Na
Bilaku terjaga
Tetap buatku bermimpi
Menjalani segala ironi
Dalam mimpi yang harum mewangi
Bila ku terjaga
Jangan buatku bermimpi lagi
Ku tak mampu menghadapi
Mimpi-mimpi
Yang buatku terjaga kembali
Bila ku terjaga
Yakinkan aku
Bahwa ku kini
Berada di alam mimpi
Dan terjaga lagi
Melihat dunia yang belum terjaga
Dari mimpi-mimpi abadi
Yang akan terus bertahan
Hingga mentari mati
Walaupun dunia
Belum terjaga seperti diriku yang hina ini
Mimpi yang tak pernah ada
Karya : Na
Tak usah kau beri kami janji-janji lagi
Tak usah kau beri kami mimpi-mimpi lagi
Tak usah kau beri kami harapan-harapan lagi
Kau selalu beri kami harapan
Yang tak pernah berwujud kenyataan
Kau selalu beri kami mimpi
Yang tak pernah kau buat berarti
Kau pun selalu beri kami janji
Yang tak pernah kau tepati
Manusia penghuni gubuk rapuh
Karya : Na
Duniaku yang tlah lalu
Terasa hilang selalu
Dia mengambil hakku
Tuk nikmati dunia dengan jerih payahku
Mereka selalu begitu
Tertawa menatap kami
Manusia penghuni gubuk rapuh
tulisan anakku Nina Khibrani Pasaribu
Taubat Bagi Para “Anggota”
Karya : Dinda Ps
Ketika titik hujan jatuh di bumi pertiwi
Ketika terik mentari menyinari bumi pertiwi
Ketika ombak bergumul menghancurkan bumi pertiwi
Ketika angin berputar mengitari bumi pertiwi
Kau tetap diam, tertawa, bersenang-senang
Kaki-kakimu tak beranjak dari tempat maksiatmu
Matamu tetap terpejam walau rapat belum usai
Selagi waktu masih sempat
Lekas bertaubat
“Milik Kami” Yang Kau Rampas
Karya : Dinda Ps
Perut kami masih belum terisi
Pikiran kami masih dipenuhi hutang lagi
Pendidikan kami tak dapat kami penuhi
Uang kami tak sebanyak yang kau miliki
Mengertilah, hidup sedang susah
Cabai tak dapat kami nikmati
Bahkan beras mengutip di pasar pagi
Lantas, kau masih rampas harta kami?
Karya : Dinda Ps
Ketika titik hujan jatuh di bumi pertiwi
Ketika terik mentari menyinari bumi pertiwi
Ketika ombak bergumul menghancurkan bumi pertiwi
Ketika angin berputar mengitari bumi pertiwi
Kau tetap diam, tertawa, bersenang-senang
Kaki-kakimu tak beranjak dari tempat maksiatmu
Matamu tetap terpejam walau rapat belum usai
Selagi waktu masih sempat
Lekas bertaubat
“Milik Kami” Yang Kau Rampas
Karya : Dinda Ps
Perut kami masih belum terisi
Pikiran kami masih dipenuhi hutang lagi
Pendidikan kami tak dapat kami penuhi
Uang kami tak sebanyak yang kau miliki
Mengertilah, hidup sedang susah
Cabai tak dapat kami nikmati
Bahkan beras mengutip di pasar pagi
Lantas, kau masih rampas harta kami?
MENIMANG CUCU
Menimang Cucu
Puisi Herni Fauziah
Seorang perempuan renta
melantunkan senandung buaian
tak berirama
Ceracau-ceracau
bagai suara mantera di antara wangi dupa
Seorang bocah
bertelanjang dada
meringkuk
merengkuh tubuhnya berselimut kain kumal, pudar warnanya
Gigil-gigil sisa tangisan tadi malam
masih lekat di gurat-gurat wajahnya
senandung buaian masih terdengar
mengisahkan cerita yang tertunda
Ayah tiada
Bunda di Saudi Arabia
bersandar di bahu yang renta
rapuh pula
dengan buaian kehilangan irama
senandung terus terdengar
entah sampai ke lembaran berapa
mereka tak berani menerka
Medan, 11 Maret 2011
Puisi Herni Fauziah
Seorang perempuan renta
melantunkan senandung buaian
tak berirama
Ceracau-ceracau
bagai suara mantera di antara wangi dupa
Seorang bocah
bertelanjang dada
meringkuk
merengkuh tubuhnya berselimut kain kumal, pudar warnanya
Gigil-gigil sisa tangisan tadi malam
masih lekat di gurat-gurat wajahnya
senandung buaian masih terdengar
mengisahkan cerita yang tertunda
Ayah tiada
Bunda di Saudi Arabia
bersandar di bahu yang renta
rapuh pula
dengan buaian kehilangan irama
senandung terus terdengar
entah sampai ke lembaran berapa
mereka tak berani menerka
Medan, 11 Maret 2011
Senin, 28 Maret 2011
cakap=cakap serlo ni (hari ini)
Untuk bisa menulis tentunya harus memiliki wawasan yang cukup tentang apa yang hendak ditulisnya. Untuk membekali wawasan tentunya harus melewati kegiatan membaca terlebih dahulu. kegiatan membaca dapat dilakukan dengan berbagai cara,
1. merencanakan bahan apa yang akan dibaca, atau
2. membaca apa saja yang dianggap perlu, atau
3. mengisi waktu luang dengan membaca apa saja atau bahkan
4. sudah membiasakan kegiatan membaca itu sedari kecil.
.
1. merencanakan bahan apa yang akan dibaca, atau
2. membaca apa saja yang dianggap perlu, atau
3. mengisi waktu luang dengan membaca apa saja atau bahkan
4. sudah membiasakan kegiatan membaca itu sedari kecil.
.
cakap=cakap serlo ni (hari ini)
ketika hati sedang gundah, kita hanya bisa diam. tapi kita harus tetap manis memandang hidup. menulislah. barangkali itu lebih baik dari pada diam. karena menulis juga merupakan bentuk terima kasih kita pada hidup. Pernah kita sekali waktu terjerembab dan jatuh, namun sebatang ranting kayu membantu kita untuk tegak kembali. Berjalan lagi sampai kita pada persimpangan, hari belum lagi senja. selembar daun tertiup angin jatuh di atas kepala, tak perlu mendongak apalagi bergumam, itu pertanda kehidupan masih setia berjalan dan berjalanlah terus.
Sekapur Sirih
Selamat datang di ranahku, Ranah Waqniate sengaja kubuka sekedar menampung curahan pengobat hati. Kata datu beru, enti ko gunah kumpungku, denie taon te morep, , serloken pumu ni baju kati gaep kite melangkah. Banyak makna yang masih tersirat yang belum kita baca. Maka baca dan maknailah segala yang kita lihat, demikian saudaraku. Mari kita bergabung di ranah ini.
Langganan:
Postingan (Atom)